Katagori

Jumat, 07 Desember 2012

BUAT ANAK KO COBA-COBA


      Mungkin sudah tak asing lagi mendengar kata-kata  tersebut  ditelinga kita, itulah selogan yang  melekat pada Minyak Kayu Putih.Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.

     Minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol lebih atau sama dengan 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.

Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1:1, 1:2, dan seterusnya sampai 1:10. 




 2.1.1 Minyak kayu Putih Secara Umum

Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L), merupakan salah satu tumbuhan
penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 -
1,5% tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan
yang disuling.

Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut:
Kingdom  : Plantae

Divisio : Spermatophyta
Kelas   : Dicotiledonae
Ordo   : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus  : Melaleuca
Spesies : Melaleuca Leucadendra, (L.) L

2.1.2 Morfologi tumbuhan:

Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang
memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang terkenal sebagai
penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca.
.Tanaman kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik.
Pohon kayu  putih dapat mencapai ketinggian 45  kaki. Dari ketinggian antara 5 -  450 m di atas
permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk
berkembang. (Lutony, 1994).

       Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksi minyak
atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa dipangkas
atau dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam bulan sekali
sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu putih telah bisa
dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau
lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun .

.


     2.1.3 Syarat tumbuh dan budidaya

Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dari ketinggian
antara 5 – 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi
yang cukup baik untuk berkembang.
Cara yang ditempuh untuk memproduksi  minyak kayu putih bisa langsung dengan
menyuling daunnya saja atau dengan cara menyuling daun  kayu putih tersebut berikut ranting
daunnya sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikut dengan
ranting daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap berat daun
sebesar 15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren, 1985).

2.2.1 Mutu minyak kayu putih
Standart mutu minyak kayu putih menurut EAO adalah sebagai berikut:
- Warna : cairan berwarna kuning atau hijau
C : 0,908 – 0,925
- Putaran optik : o – (40)
- Indeks refraksi 200
C : 1,4660 – 1,4720.
- Kandungan sineol : 50% - 65%
- Minyak pelikan : Negatif
- Minyak lemak :Negatif
- Kelarutan dalam alkohol 80% : Larut dalam 1 volume
Untuk mempertahankan mutunnya, sebaiknya minyak kayu putih dikemas dalam drum berlapis timah putih atau drum besi galvanis. 

2.2.2 Khasiat dan Kegunaan minyak kayu putih

 Minyak kayu putih banyak digunakan dalam industri farmasi. Penduduk indonesia telah
mengenal minyak kayu putih sejak berabad – abad serta mempergunakannya sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Kegunaan tumbuhan kayu putih antara lain sebagai obat
sakit perut dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk angin untuk dewasa maupun
anak –  anak  , sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obat oles bagi penderita sakit
kepala, kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian.
   Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosis  kecil
dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan  berfungsi
sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi
sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika  diteteskan ke dalam gigi
dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakan sebagai
insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga
dapat digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Lutony, 1994).

 Kandungan Kimia

Umumnya minyak atsiri dari jenis atau varietas tumbuhan yang berbeda juga memiliki
komponen kimia yang berbeda.
Kandungan kimia dari minyak kayu putih yang dihasilkan dari tumbuhan  Melaleuca
leucadendra (L). L. dapat dilihat pada tabel berikut:
 Nama Komponen Kimia Kadar %
- β – pinena 1,21
- sineol 60,03
- terpinolena 0,47
- 4, 11, 11, -tetrametil – 8 metilen 1,44
- β linalool 1,59
- α terpineol 14,96
- kariofilena 1,26
- α kariofilena 0,52
- isokariofilena 0,87
- dehidro – 1,1,4,7, - tetrametil elemol 5,32


2.3.1 Komposisi Kimia Minyak Atsiri 

Pada umumnya perbedaan komponen minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanama
penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan
dan cara penyimpanan minyak (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta beberapa persenyawaan
kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Pada umumnya sebagian besar
minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi.

2.3.2 Sifat Fisika Minyak Atsiri

Minyak atsiri mempunyai konstituen kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisiknya sama.
Minyak atsiri yang bari di ekstrak biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan.
Sifat-sifat fisik minyak atsiri yaitu, baunya yang karakteristik, bersifat optis aktif dan mempunyai
sudut putar yang spesifik.
Parameter yang dapat digunakan untuk tetapan fisik minyak atsiri antara lain :
a. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 250C dengan
berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua minyak dan
lemak yang dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer. Pada
penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang
pendek (Ketaren, 1985).
b. Indeks Bias
Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Jika cahaya melewati media kurang pada ke media lebih
padat, maka sinar akan membelok atau membias dari garis normal. Penentuan indeks bias
menggunakan alat refraktometer. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi
ketidakmurnian (Guenther, 1987).
c. Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri mempunyai kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke
arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri,
suhu dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan
alat polarimeter

2.3.3 Sifat Kimia Minyak Atsiri

Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak yang
mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi
(resinifikasi).
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutaama terjadi pada ikatan ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang
tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis
ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam
bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai
katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa
polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (Ekstraksi) minyak yang
mempergunakan tekanan dan suhu tinggi serta selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
2.3.4 Cara Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukandengan beberapa cara yaitu : 1) penyulingan
(destilation), 2) pengepresan (Pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), 4) ekstraksi dengan lemak padat (Guenther, 1987).
. Metode Penyulingan

a. Penyulingan dengan air (water destilation)
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan
air mendidih. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan dengan
mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni.
Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther, 1987).
b. Penyulingan dengan uap (steam destilation)
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada metode ini
bahan tumbuhan dialiri uap panas dengna tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui
pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan
untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther, 1987).
c. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation)
Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang
di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di
bawah saringan, uap air akan baik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin.
Hasil sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni.


                                      

2.3.4.2.  Metode Pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.
Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiriakan pecah dan
minyak atsiri akan mengalir kepermukaan bahan (Ketaren, 1985).

 Ekstraksi dengan pelarut menguap
Prinsip dari ekstraksi ini  adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air.
  turunan yang aktif via asam mevalot apdapunt erpenoid dapat digambarkan sebagai berikut :

Terpenoid tersebar secara luas dan banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi.  Terpenoid dihasilkan oleh fungi, organisme-organisme laut, serta serangga, dan pada tumbuhan.  Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8).  Unit isoprene disusun atas asaetat melalui jalur asam
mevalonat dan dihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh.

            Selama penyusunan terpenoid, dua unit isopren mengalami kondensasi antara kepala dan ekor.  Terpenoid yang tersusun atas 2 isopren membentuk senyawa golongan monoterpenoid (C10H16).  Sesquiterpen (C15H24) tersusun atas 3 unit isoprene, diterpenoid (C20H32) tersusun atas 4 unit isoprene, sesterpen (C25H40) tersusun atas 5 isopren, triterpenoid (C30H42) tersusun atas 6 unit isopren, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas 8 isopren.

. Ekstraksi dengan lemak padat
Proses ini umunya digunakanuntuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan
mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu enfleurasi dan maserasi.

a. Enfleurasi
Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah (keadaan
dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini
digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan
fisiologisnya. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi mintak
atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat (Armando, 2009).
b. Maserasi
Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak jauh bebrbeda dengan metode
lemak dingin. Bahan dan peralaatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya
hanya terletak pada bagian awal proses, yaitu menggunakan lemak panas (Armando, 2009).

2.4 Analisis Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS
Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena minyak
atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar.
Setelah ditemukan Kromatografi Gas (GC), kendala dalam analisis komponen minyak atsiri
mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan
sama sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan
suatu alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama
lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa.
Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel
sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah
dipisahkan pada kromatografi gas.

Kromatografi Gas
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu
bahan. Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam (gas pembawa) melalui
kolom. Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan
menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga terbentuk
sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom
bersama aliran gas pembawa dan dicatat sebagai fungsi waktu oleh detektor  (Mc Nair and
Bonelli, 1988).
Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut dengan
waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikn sampai saat elusi terjadi
.
Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi, kolom, fase
diam, suhu dan detektor.

. Gas Pembawa
Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah
diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntunganya adalah
karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang
dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium
(He), Argon (Ar), Nitrogen (N), Hidrogen (H), karbon dioksida (Agusta, 2000).

2.4.1.2. Sistem Injeksi
Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa
lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang  suntik harus dipanaskan
tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15o
C lebih tinggi dari suhu
maksimum. Jadi cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom 
2.4.1.3. Kolom
Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja nir karat, aluminium, dan kaca yang berbentuk
lurus, lengkung, melingkar.
2.4.1.4. Fase Diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolaranya, yaitu non polar, semi polar, dan
polar.Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan
analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat non polar, misalnya SE-52 dan SE-54 
2.4.1.5. Suhu
Tekanan uap sangat tergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama

 demikianlah pembahasan yang bisa kami jelaskan mengenai unsur serta kandungan yang terdapat pada minyak kayu putih  


referensi :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28115/4/Chapter%20II.pdf  
 http://classbhe.files.wordpress.com/2012/02/minyak-atsiri.doc .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar