Mungkin sudah tak asing lagi mendengar kata-kata tersebut ditelinga kita, itulah selogan yang melekat pada Minyak Kayu Putih.Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.
Minyak kayu putih diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh
kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang
terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U
mempunyai kadar cineol lebih atau sama dengan 55%, sedang mutu P kadar
cineolnya kurang dari 55%.
Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu
akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam
perbandingan 1:1, 1:2, dan seterusnya sampai 1:10.
Tumbuhan
kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L), merupakan salah satu tumbuhan
penghasil
minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5
-
1,5%
tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap
bahan
yang
disuling.
Sistematika
tumbuhan ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Myrtales
Family :
Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies
: Melaleuca Leucadendra, (L.) L
2.1.2
Morfologi tumbuhan:
Tumbuhan
dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang
memiliki
nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang terkenal
sebagai
penghasil
minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca.
.Tanaman
kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik.
Pohon
kayu putih dapat mencapai ketinggian
45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas
permukaan
laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik
untuk
berkembang.
(Lutony, 1994).
Bagian
yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksi minyak
atsiri
adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa
dipangkas
atau
dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam
bulan sekali
sampai
tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu putih
telah bisa
dipungut
daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima
tahun atau
lebih
dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun .
.
2.1.3
Syarat tumbuh dan budidaya
Tanaman
kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dari ketinggian
antara 5
– 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki
toleransi
yang
cukup baik untuk berkembang.
Cara
yang ditempuh untuk memproduksi minyak
kayu putih bisa langsung dengan
menyuling
daunnya saja atau dengan cara menyuling daun
kayu putih tersebut berikut ranting
daunnya
sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikut
dengan
ranting
daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap berat
daun
sebesar
15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren, 1985).
2.2.1
Mutu minyak kayu putih
Standart
mutu minyak kayu putih menurut EAO adalah sebagai berikut:
- Warna
: cairan berwarna kuning atau hijau
C :
0,908 – 0,925
-
Putaran optik : o – (40)
- Indeks
refraksi 200
C :
1,4660 – 1,4720.
-
Kandungan sineol : 50% - 65%
- Minyak
pelikan : Negatif
- Minyak
lemak :Negatif
-
Kelarutan dalam alkohol 80% : Larut dalam 1 volume
Untuk
mempertahankan mutunnya, sebaiknya minyak kayu putih dikemas dalam drum berlapis
timah putih atau drum besi galvanis.
2.2.2
Khasiat dan Kegunaan minyak kayu putih
mengenal
minyak kayu putih sejak berabad – abad serta mempergunakannya sebagai obat
untuk
menyembuhkan
berbagai jenis penyakit. Kegunaan tumbuhan kayu putih antara lain sebagai obat
sakit
perut dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk angin untuk dewasa
maupun
anak
– anak
, sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obat oles bagi
penderita sakit
kepala,
kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian.
Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu
putih digunakan hanya dalam dosis kecil
dan
berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan berfungsi
sebagai
anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi
sebagai
ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika diteteskan ke dalam gigi
dapat
mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakan
sebagai
insektisida.
Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga
dapat
digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Lutony,
1994).
Kandungan Kimia
Umumnya
minyak atsiri dari jenis atau varietas tumbuhan yang berbeda juga memiliki
komponen
kimia yang berbeda.
Kandungan
kimia dari minyak kayu putih yang dihasilkan dari tumbuhan Melaleuca
leucadendra
(L). L. dapat dilihat pada tabel berikut:
- β –
pinena 1,21
- sineol
60,03
-
terpinolena 0,47
- 4, 11,
11, -tetrametil – 8 metilen 1,44
- β
linalool 1,59
- α
terpineol 14,96
-
kariofilena 1,26
- α
kariofilena 0,52
-
isokariofilena 0,87
-
dehidro – 1,1,4,7, - tetrametil elemol 5,32
2.3.1
Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Pada
umumnya perbedaan komponen minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanama
penghasil,
kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan
dan cara
penyimpanan minyak (Ketaren, 1985).
Minyak
atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk
dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan
kimia
yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Pada umumnya sebagian
besar
minyak
atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi.
2.3.2 Sifat Fisika Minyak Atsiri
Minyak
atsiri mempunyai konstituen kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisiknya sama.
Minyak
atsiri yang bari di ekstrak biasanya tidak berwarna atau berwarna
kekuning-kuningan.
Sifat-sifat
fisik minyak atsiri yaitu, baunya yang karakteristik, bersifat optis aktif dan
mempunyai
sudut
putar yang spesifik.
Parameter
yang dapat digunakan untuk tetapan fisik minyak atsiri antara lain :
a. Bobot
Jenis
Bobot
jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 250C dengan
berat
air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua minyak
dan
lemak
yang dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer. Pada
penetapan
bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur
yang
pendek
(Ketaren, 1985).
b.
Indeks Bias
Indeks
bias dari suatu zat ialah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dan
kecepatan
cahaya dalam zat tersebut. Jika cahaya melewati media kurang pada ke media
lebih
padat,
maka sinar akan membelok atau membias dari garis normal. Penentuan indeks bias
menggunakan
alat refraktometer. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi
ketidakmurnian
(Guenther, 1987).
c.
Putaran Optik
Setiap
jenis minyak atsiri mempunyai kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke
arah
kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis
minyak atsiri,
suhu dan
panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan
alat
polarimeter
2.3.3
Sifat Kimia Minyak Atsiri
Perubahan
sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak yang
mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi
(resinifikasi).
a.
Oksidasi
Reaksi
oksidasi pada minyak atsiri terutaama terjadi pada ikatan ikatan rangkap dalam
terpen.
Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk
senyawa aldehid, asam organik dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang
tidak
dikehendaki (Ketaren, 1985).
b.
Hidrolisis
Proses
hidrolisis terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis
ester
merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam
bebas
dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan
asam sebagai
katalisator
(Ketaren, 1985).
c.
Resinifikasi
Beberapa
fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa
polimer.
Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (Ekstraksi) minyak yang
mempergunakan
tekanan dan suhu tinggi serta selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
2.3.4
Cara Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi
minyak atsiri dapat dilakukandengan beberapa cara yaitu : 1) penyulingan
(destilation),
2) pengepresan (Pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction),
4) ekstraksi dengan lemak padat (Guenther, 1987).
. Metode
Penyulingan
a.
Penyulingan dengan air (water destilation)
Pada
metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan
air
mendidih. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan
dengan
mengalirkannya
melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni.
Perlakuan
ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther,
1987).
b.
Penyulingan dengan uap (steam destilation)
Model
ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada metode ini
bahan
tumbuhan dialiri uap panas dengna tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan
melalui
pendingin
dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan
untuk
bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther, 1987).
c.
Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation)
Bahan
tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap
ditempatkan
dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang
di atas
dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada
tidak jauh di
bawah
saringan, uap air akan baik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui
pendingin.
Hasil
sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni.
2.3.4.2. Metode Pengepresan
Ekstraksi
minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa
biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup
tinggi.
Akibat
tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiriakan pecah dan
minyak
atsiri akan mengalir kepermukaan bahan (Ketaren, 1985).
Ekstraksi dengan pelarut menguap
Prinsip
dari ekstraksi ini adalah melarutkan
minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik
yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk
mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air.
turunan yang aktif via asam mevalot apdapunt erpenoid dapat digambarkan sebagai berikut :
Terpenoid tersebar secara luas dan banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Terpenoid dihasilkan oleh fungi, organisme-organisme laut, serta serangga, dan pada tumbuhan. Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8). Unit isoprene disusun atas asaetat melalui jalur asam
mevalonat dan dihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh.
turunan yang aktif via asam mevalot apdapunt erpenoid dapat digambarkan sebagai berikut :
Terpenoid tersebar secara luas dan banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Terpenoid dihasilkan oleh fungi, organisme-organisme laut, serta serangga, dan pada tumbuhan. Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8). Unit isoprene disusun atas asaetat melalui jalur asam
mevalonat dan dihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh.
Selama penyusunan terpenoid, dua unit isopren mengalami kondensasi antara kepala dan ekor. Terpenoid yang tersusun atas 2 isopren membentuk senyawa golongan monoterpenoid (C10H16). Sesquiterpen (C15H24) tersusun atas 3 unit isoprene, diterpenoid (C20H32) tersusun atas 4 unit isoprene, sesterpen (C25H40) tersusun atas 5 isopren, triterpenoid (C30H42) tersusun atas 6 unit isopren, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas 8 isopren.
. Ekstraksi
dengan lemak padat
Proses
ini umunya digunakanuntuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan
mutu dan
rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua
cara
yaitu
enfleurasi dan maserasi.
a.
Enfleurasi
Pada
proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah
(keadaan
dingin)
sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini
digunakan
untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan
fisiologisnya.
Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi mintak
atsiri
dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat (Armando,
2009).
b.
Maserasi
Metode
pembuatan minyak dengan lemak panas tidak jauh bebrbeda dengan metode
lemak
dingin. Bahan dan peralaatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda.
Perbedaannya
2.4 Analisis Komponen
Minyak Atsiri dengan GC-MS
Analisa
komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena minyak
atsiri
mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar.
Setelah
ditemukan Kromatografi Gas (GC), kendala dalam analisis komponen minyak atsiri
mulai
dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat dihindari bahkan
dihilangkan
sama
sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat
menghasilkan
suatu
alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu
sama
lain
tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan
spektrometer massa.
Kromatografi
gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel
sedangkan
spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah
dipisahkan
pada kromatografi gas.
Kromatografi
Gas
Kromatografi
gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu
bahan.
Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam (gas pembawa)
melalui
kolom.
Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam
akan
menahan
komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga
terbentuk
sejumlah
pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom
bersama
aliran gas pembawa dan dicatat sebagai fungsi waktu oleh detektor (Mc Nair and
Bonelli,
1988).
Waktu
yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut dengan
waktu
tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikn sampai saat elusi
terjadi
.
Bagian
utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi, kolom, fase
diam,
suhu dan detektor.
. Gas
Pembawa
Gas
pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah
diperoleh.
Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntunganya
adalah
karena
semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering
yang
dapat
dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah
helium
(He),
Argon (Ar), Nitrogen (N), Hidrogen (H), karbon dioksida (Agusta, 2000).
2.4.1.2.
Sistem Injeksi
Cuplikan
dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa
lubang
yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan
tersendiri,
terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15o
C lebih
tinggi dari suhu
maksimum.
Jadi cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom
2.4.1.3.
Kolom
Kolom
dapat dibuat dari tembaga, baja nir karat, aluminium, dan kaca yang berbentuk
lurus,
lengkung, melingkar.
2.4.1.4.
Fase Diam
Fase
diam dibedakan berdasarkan kepolaranya, yaitu non polar, semi polar, dan
polar.Berdasarkan
sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan
2.4.1.5.
Suhu
Tekanan
uap sangat tergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama
demikianlah pembahasan yang bisa kami jelaskan mengenai unsur serta kandungan yang terdapat pada minyak kayu putih
referensi :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28115/4/Chapter%20II.pdf
http://classbhe.files.wordpress.com/2012/02/minyak-atsiri.doc .
demikianlah pembahasan yang bisa kami jelaskan mengenai unsur serta kandungan yang terdapat pada minyak kayu putih
referensi :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28115/4/Chapter%20II.pdf
http://classbhe.files.wordpress.com/2012/02/minyak-atsiri.doc .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar